Jumat, 13 Maret 2009

Hilang

Aku menatap lekat sosok yang kini sedang duduk manis memasang wajah serius dengan sebuah buku pada genggamannya, sorot matanya yang kadang membuat pandangan ini tak mampu untuk membalas namun bisa melukis sebuah kenyamanan, sunggingan seulas senyum yang kadang bisa menghilangkan sebongkah kekesalan, hujaman kata-kata yang terlontar dari bibirnya bisa menggoyangkan pikiran dan perasaan, namun tetap saja terbesit setitik keraguan dalam diri ini, padahal dipikir dengan logika seharusnya keraguan itu tak harus ada, karena semua gerakan yang terlihat cukup mewakili kata hati, namun terkadang untuk mendapat sebuah kepastian itu tak cukup hanya dengan melihat, butuh rangkaian kata-kata yang harus terucap untuk didengar, baru kemudian menancap dalam hati menghasilkan sebuah kepercayaan.
Kadang kebingungan masih aku rasakan ketika timbul pertanyaan kenapa yang terukir dalam hatiku adalah namanya, sosok yang secara sepintas terlihat memiliki sikap masa bodoh dengan apa yang terjadi di sekelilingnya, tak berpikir panjang ketika melontarkan kata demi kata, sangat menyebalkan, mungkin kalimat itulah yang lebih tepat untuk mewakili segala tindakannya.
Seiring berjalannya waktu, aku melewati hari demi hari bersama dengannya, aku lebih mendekati hatinya, memandang sosoknya lebih jelas dengan perasaan terbuka…………………………………………..
Dan kini aku mulai sadar betapa hati ini begitu menyimpan kecintaan, kasih sayang, kepercayaan, dan kerinduan yang selalu menjalari benak ini setiap waktunya.
Aku mulai merasakan kesungguhan perasaannya, kerelaan hatinya juga pengorbanannya.
Keraguan itu telah hilang.
“Hey! Kenapa menatapku seperti itu?” tanyanya tiba-tiba setelah menutup buku yang beberapa waktu lalu menemani pikirannya.
Aku membalasnya hanya dengan sunggingan di bibir.
Untaian kata-kata tak mampu mewakili untuk ungkapkan perasaanku.
Minggu, 21 Februari 2009

Tidak ada komentar: