Jumat, 13 Maret 2009

Apa ini cinta?

Sebenarnya apa sih sahabat itu? seperti apa dan bagaimana? punya arti yang spesifik nggak? begitu banyak pengertian sahabat tapi apa memang ada seorang sahabat di dunia ini?
Aku benar-benar kesal saat ini, kenapa? karena orang yang selama ini kuanggap sebagai sahabat sudah berprasangka buruk terhadapku, yang membuatku heran, memangnya mereka nggak berpikir! kita tuh udah berapa lama temenan, baru satu detik apa?! sehingga mereka tega banget punya pikiran sepicik itu.
Aku mencoba untuk selalu terbuka dan selalu berusaha untuk menjadi seorang sahabat yang baik buat mereka, tapi hasilnya apa?! mereka malah nuduh aku yang bukan-bukan, sakit rasanya sahabat sendiri punya pikiran seperti itu, padahal mereka tahu aku tuh orangnya kayak gimana, mereka tahu permasalahan aku seperti apa, mereka tahu perasaanku saat ini seperti apa, tapi kenapa mereka seperti tutup mata dan telinga, mereka seolah-olah tidak tahu apa-apa.
Oke! mungkin aku memang salah, aku minta maaf tapi apa yang terjadi setelah aku meminta maaf, percuma! Keadaan nggak berubah meski meraka bilang sudah memaafkan, lebih baik mereka nggak maaafin aku daripada mengatakan sudah memaafkan tapi tetap bersikap dingin, itu lebih menyakitkan.
Kalau mereka benar-benar seorang sahabat seharusnya mereka ngerti, apalagi aku sudah menjelaskan duduk persoalannya, tapi tetap saja mereka berpaling, sebenarnya apa yang harus aku lakukan?
“Cerita dong Sel, siapa tahu kita bisa bantu”, kata Dina mencoba membujukku.
Aku hanya tediam sambil mengocek-ngocek jus alpukat dihadapanku, seperti biasa saat jam istirahat kami berkumpul di kantin sekolah.
“Aku tahu kamu nggak mungkin bisa memendam semuanya sendiri”, sambung Nita.
Aku masih tetap terdiam, jujur aku nggak berani mengatakan yang sebenarnya, aku belum siap.
“Sebenarnya kamu masih percaya nggak sih sama kita?”, tanya Mira.
“Kita temenan udah lama, masalah kamu masalah kita, kebahagiaan kamu kebahagiaan kita juga begitupun kesedihan, kita nggak mau kamu nanggung beban sendirian, kalau seperti ini terus, apa makna sahabat? buat apa kita ada kalau nggak punya manfaat?”kata Nita panjang lebar.
“Ehm…mungkin bagi kalian ini masalah kecil, makannya aku pikir…aku nggak perlu cerita” aku pun buka mulut.
“Masalah kecil gimana? sikap kamu tuh berubah Sela, kamu nggak kayak dulu, mana Sela yang selalu ceria, terbuka, selalu happy” cerocos Nita.
“Aku perhatiin juga kamu jadi sering ngelamun, pendiam, nggak lincah lagi” timpal Dina.
“Aku…aku…”
Nita, Dina dan Mira menatapku dengan seksama, sepertinya mereka memang penasaran, aku sendiri pun sadar kalau selama beberapa waktu kebelakang banyak sekali perubahan yang terjadi pada diriku dan ternyata selama itu pula mereka memperhatikanku, hal itu membuat mereka kebingungan, berarti mereka memang peduli terhadapku.
“aku…aku…lagi…su..ka sama…seseorang” akhirnya aku mengatakan yang sebenarnya dengan terbata-bata sambil tertunduk.
“Apa? jadi….maksud kamu, kamu lagi falling in love?”, tanya Nita.
Aku memandang mereka satu persatu dan mereka pun saling pandang, tiba-tiba….
“Hua….ha…ha…ha…ha…!” mereka terawa tebahak-bahak.
Tentu saja aku bingung, “Lho, kalian kok pada ketawa sih?”
“Ya ampun Sela….ha..ha..ha...jadi penasaran, siapa sih cowok yang bisa ngebuat hati miss jutek ini luluh?” ejek Dina diiringi tawanya.
Aku hanya diam tertunduk ditengah-tengah tawa ketiga sahabatku ini, mungkin sekarang ini wajahku seperti kepiting rebus saking malunya.
“Udah dong jangan ketawa kayak gitu, malu diliatin orang!” kataku sambil melirik kiri kanan dan memang pandangan orang-orang disekeliling sedang tertuju pada kami.
Aku sadar selama ini sikapku memang jutek terutama sama cowok, banyak yang bertanya tapi aku tidak pernah jawab karena aku sendiri pun tidak tahu kenapa sikapku seperti itu, tapi saat aku bertemu dengan sosok cowok di tangga sekolah, hal itu menjadi tanda tanya besar, bukan hanya teman-temanku tapi bagiku juga, entahlah aku sendiri pun heran karena tiba-tiba saja ada sebuah perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, perasaan ini terasa aneh, tiba-tiba saja aku ingin selalu bertemu dengannya padahal setiap kali melihatnya selalu timbul sikapku yang jadi salah tingkah, jantung ini berdetak tak beraturan seperti telah berlari beberapa kilometer, semua terasa jadi serba salah, setelah lama berpikir, apa mungkin ini yang dinamakan cinta?



Tidak ada komentar: