Jumat, 13 Maret 2009

Cukup sekali

Seperti biasa saat jam istirahat aku pergi ke kantin yang jaraknya tidak jauh dari kelasku, hanya butuh waktu kurang lebih lima menit, sesampainya disana aku memesan semangkuk bakso dan segelas es jeruk, tidak perlu menunggu lama pesananku kini sudah tersaji dihadapanku, tanpa pikir panjang aku segera menikmatinya menyantap dengan lahap.

“Hai!” tiba-tiba terdengar suara lembut menyapaku namun cukup membuatku terkejut sampai terbatuk-batuk, segera kusambar es jeruk kemudian meminumnya.

“Sorry, bikin kamu kaget, boleh duduk?”

Aku mengangguk tanda mempersilahkan meski sebenarnya agak keberatan

“Apa kabar?” tanyanya sambil menyunggingkan kedua ujung bibirnya.

“Baik” jawabku singkat.

“Terusin aja makannya, nggak apa-apa kok” ucapnya.

“Udah kenyang” sahutku, setelah melihat makhluk yang sekarang ini sedang berada dihadapanku, tiba-tiba saja nafsu makanku hilang.

“Udah lama ya kita nggak ketemu.”

“Aku sering lihat kamu kok.”

“Oh ya?” dia tersenyum “Berarti kamu suka merhatiin aku dong?”

Ya ampun nih cowok kegeeran banget sih “Kebetulan aja kok.”

Dia masih tersenyum menatapku.

“Ngapain kamu senyum-senyum?! Ada yang lucu?!” jujur saja aku kurang senang ditatap seperti itu.

“Ternyata kamu nggak berubah ya Ven, masih jutek kayak dulu.”

“Mau jutek kek, mau nggak kek, itu urusan aku, emangnya kamu merasa terganggu?”

“Meski diluar terlihat jutek tapi sebenernya kamu cewek…”

“Sudahlah!” potongku ”Sebenarnya kamu kesini ada perlu apa?”

Dia menarik napas terdiam sejenak “Seandainya waktu bisa terulang, aku nggak akan pernah melakukan kesalahan itu.”

Keningku berkerut.

“Aku benar-benar menyesal Ven.”

Aku berdiri dari kursiku mencoba untuk pergi meninggalkannya tapi rupanya dia berhasil menghalangiku.

Please Ven kasih aku kesempatan sekali saja untuk memperbaiki kesalahan aku waktu itu.”

Aku benar-benar tidak habis pikir begitu mudah dia bicara seperti itu, padahal kejadian beberapa bulan yang lalu masih terekam dalam otakku.

“Mau kamu apa?!” tanyaku dengan nada ketus.

“Aku pengen balikan lagi.”

“Apa?! Nggak salah denger?”

“Aku serius Ven, aku baru sadar kalau cewek yang bener-bener aku suka tuh kamu.”

“Selama ini perasaan yang aku rasakan tuh tulus, tapi justru kamu sendiri yang menghancurkan perasaan tulus itu.”

“Aku minta maaf Ven.”

“Aku udah maafin kamu Aldi, cuma hati ini masih sakit.”
”Jadi…?”

“Aku nggak bisa, maaf” aku pun beranjak pergi meninggalkan dia yang hanya bisa diam terpaku.

Jujur, sebenarnya perasaan ini tidak pernah berubah, hanya saja rasa sakit ini masih terasa, siapa yang tidak sakit saat orang yang kita cintai berpaling ke lain hati, Aldi meninggalkanku demi Sania dan kini dia kembali ingin menjalin hubungan denganku setelah hubungan mereka berakhir, terlalu ringan dia berucap seperti itu karena ternyata dia memang tidak pernah memikirkan perasaanku, dia tidak perduli bagaimana perasaanku saat aku sedang berada di dekatnya dan bagaimana perasaanku saat dia meninggalkanku, cukup sekali aku merasakan indahnya jatuh cinta dan cukup sekali pula aku merasakan sakitnya jatuh cinta.

Rabu, 9 April 2008

.

Tidak ada komentar: